Szeto x Prieds – Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan manufaktur dituntut untuk terus meningkatkan hasil produksi, baik dari segi kualitas, harga, jumlah produksi, maupun kepuasan konsumen. Lean Manufacturing muncul sebagai strategi yang efektif untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam proses operasional perusahaan, khususnya dalam pengendalian 7 pemborosan (waste) di lini produksi.
Tingginya tingkat waste dapat menghambat aliran nilai dan menyebabkan ketidakefisienan dalam waktu produksi. Oleh karena itu, penting untuk meminimalisasi waste dengan mengurangi pemborosan dari berbagai aspek, termasuk bahan baku, gerakan, lalu lintas bahan baku, waktu tunggu, pengerjaan ulang, dan proses perbaikan.
7 Waste dan Contohnya
Berikut adalah 7 waste yang umum terjadi dalam industri manufaktur yang perlu diperhatikan oleh manajemen operasional perusahaan:
1. Waste of Overproduction (Produksi yang Berlebihan)
Waste ini terjadi ketika produksi melebihi permintaan, baik dalam bentuk barang jadi (Finished Goods) maupun barang setengah jadi (WIP), tanpa adanya pesanan dari pelanggan.
Beberapa penyebab overproduction meliputi waktu setup mesin yang lama, kualitas yang rendah, dan kurangnya perencanaan produksi yang akurat. Hal ini berisiko tinggi, terutama bagi produk yang memiliki masa kedaluwarsa singkat, seperti industri makanan, di mana produk harus segera sampai ke konsumen untuk menghindari pemborosan akibat expired.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste ini merupakan hasil dari overproduction, di mana akumulasi barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan mentah yang berlebihan memerlukan ruang penyimpanan, modal yang besar, serta tenaga kerja tambahan untuk pengawasan dan dokumentasi. Waste of inventory dapat menjadi indikator adanya overproduction atau penurunan kinerja penjualan perusahaan.
3. Waste of Defects (Cacat/Kerusakan)
Waste ini terjadi akibat rendahnya kualitas produk, yang mengakibatkan kerusakan dan memerlukan perbaikan. Hal ini menambah biaya, termasuk biaya tenaga kerja dan komponen yang digunakan dalam perbaikan. Pemborosan ini tidak hanya mengakibatkan barang cacat terbuang, tetapi juga membuang waktu, sumber daya, dan tenaga yang telah dikeluarkan. Oleh karena itu, banyak perusahaan manufaktur menerapkan prinsip “zero defect” di setiap tahap produksi.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Waste ini disebabkan oleh tata letak produksi yang buruk dan pengorganisasian tempat kerja yang tidak efisien, yang mengharuskan pemindahan barang dari satu lokasi ke lokasi lain. Contohnya adalah lokasi gudang yang jauh dari area produksi. Kesalahan dalam penataan layout dapat mengakibatkan waktu pengerjaan yang tinggi dan pemborosan tenaga yang tidak perlu, sehingga mengurangi efektivitas produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Waste ini terjadi akibat gerakan pekerja atau mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah pada produk. Misalnya, jika komponen diletakkan jauh dari jangkauan operator, maka operator harus melakukan gerakan tambahan untuk mengambil komponen tersebut, yang mengakibatkan pemborosan waktu dan tenaga.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Waste ini terjadi ketika individu atau mesin tidak melakukan pekerjaan, yang sering disebabkan oleh proses yang tidak seimbang, kerusakan mesin, keterlambatan pasokan komponen, atau menunggu keputusan. Untuk meminimalisir waste ini, penting untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses dalam lini produksi, sehingga dapat mengidentifikasi potensi waktu tunggu.
Contohnya, dalam industri makanan, selama proses pemasakan, pegawai dapat melakukan kegiatan lain yang lebih bernilai tambah.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang Berlebihan)
Tidak semua proses memberikan nilai tambah bagi produk atau pelanggan. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan pemborosan. Contohnya adalah inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang melibatkan banyak pihak, dan proses pembersihan yang tidak perlu. Meskipun pelanggan menginginkan produk berkualitas, yang lebih penting adalah memastikan kualitas produk selama proses produksi, bukan hanya melalui inspeksi berulang.
Ringkasan
Tujuh jenis waste ini sering disingkat dalam bahasa Inggris menjadi “TIMWOOD“:
- Transportation: Transportasi
- Inventory: Inventori
- Motion: Gerakan
- Waiting: Menunggu
- Overprocessing: Proses yang berlebihan
- Overproduction: Produksi yang berlebihan
- Defect: Kerusakan
Dengan memahami dan mengelola 7 waste ini, perusahaan manufaktur dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan pada akhirnya meningkatkan kepuasan pelanggan. Implementasi Lean Manufacturing yang efektif akan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut.